Kemaren, tanggal 20 juni sakit jenis lain menghampiri. Perut bagian kanan saya hingga pinggang belakang nyeri luar biasa. Sejak pagi saya hanya mampu terbaring dikamar. Saya belum bercerita kepada mama. Namun mungkin mama mengetahui sikap saya yang enggan meninggalkan kamar. Somat langsung mama tutup. Focus penanganan sakit saya. biasanya nyeri seperti itu biasa. Tinggal minum air putih banyak dan istirahat beberapa jam saya akan kembali pulih. Makanya saya menolak saat diajak kedokter. Namun menjelang siang nyeri perut tak kunjung hilang. Bahkan saya muntah-muntah hebat. Tak bisa kemasukan apapun kerongkongan ini. Bahkan air putih dua teguk. Terpaksa kerumah sakit. Dan lagi-lagi saya sakit. Gejala usus buntu kali ini. Saya menangis memohon pada dokter jangan sampai operasi. Dalam 6 hari kedepan saya harus sidang skripsi. Saya dan mama terus berdoa agar nyeri hilang dan tak perlu operasi. Namun obat dari dokter tak memberikan efek apapun. Saya menangis menahan sakit. Begitu pun mama. Saya hanya memikirkan skripsi saya. saya akan sidang namun cobaan ini menghampiri. Mama mencari kan obat herbal. Alhamdulillah bertemu dengan obat sarang semut. Berbentuk sarang yang harus diseduh dan kapsul. Upaya keras saya memasukkan obat ini ke perut berdampak baik. Muntah-muntah tak kunjung berhenti. Tangisan mama saya semakin membuat saya merasa bersalah. Mama sendiri yang membersihkan muntahan saya tanpa rasa jijik. Mama tak ingin menyuruh lusi. Berkali-kali saya meminta maaf. Teringat saya sering mengabaikan nasihat mama untuk menjaga makan. Kini bukan hanya menderita sendiri, mama pun ikut repot. Saya hampir tak bisa membuka mata karena lemas. Tak ada makanan apapun yang masuk keperut. Setiap yang masuk selalu keluar. Hingga maghrib saya berhasil minum kapsul sarang semut berserta air seduhan sarang semut. Alhamdulillah, jam 10 malam nyeri hilang. Mama langsung bersyukur. Tidur malam itu ditemani mama.
Mama kembali menangis saat memeluk saya dan mengatakan betapa kurusnya saya. duh, melihat tangisan mama saya tak dapat menahan tangis. Betapa mama menyayangi saya. setia menyupi saya bubur agar badan kembali bertenaga. Siap siaga tidur disamping saya waspada jika saya butuh sesuatu. Tepat pukul 12 malam mama keluar kamar dan membawakan kue ultah. Yup, malam itu saya tepat berusia 23 tahun. Alhamdulillah ulang tahun tak dirayakan dirumah sakit. Sedikitpun saya tak berani menyentuh kue itu. Saya khawatir mual. Keesokkan paginya, saya sembuh. Tinggal lemas yang tertinggal. Setelah makan bubur dan siangnya makan nasi. Tenaga saya full. Gendong celsy sudah kembali oke.
Sakit kali ini benar-benar membuat saya kapok. Nyeri luar biasa itu bukan hanya membuat saya sakit. Tapi mampu melelehkan air mata mama. Air mata itu yang membuat saya bertekad untuk menjaga kesehatan lebih baik lagi. Tak ingin kedua pelupuk mata orang yang saya cintai kembali mengeluarkan air mata. Mama, dengan apa saya membalas cintamu :’(
No comments:
Post a Comment