Sore itu, Ms.D mengikuti rapat LPM Paradigma yang berencana berkolaborasi dengan FLP. Anggota Paradigma mulai berdatangan, satu per satu mereka memenuhi lobi politeknik. Cuaca mendung sore itu seperti mengisyaratkan akan terjadi sebuah tragedi besar. Angin bertiup dengan lembut. Membuat Jilbab Ms.D melambai-lambai.
Rapat segera dimulai. Sang Ketua Paradigma telah duduk ditengah-tengah peserta rapat. Angin sore mulai tak bersahabat. Hembusan angin mulai merasuk ketulang. Semua berjalan seperti biasa. Kali ini LPM Paradigma membahas agenda besar yang akan segera dilaksanakan pada tanggal 2 Mei kelak.
Sekarang tiba giliran pembentukan panitia. Pemimpin rapat menunjuk salah seorang anggota LPM yang menurutnya mampu menjadi ketua pelaksana seminar itu. Ya.. dan forum pun mengamininya. Dan kejadian yang membuat Ms.D mual pun terjadi. Ia ditunjuk mendampingi sang ketua pelaksana, yaitu menjadi sekretaris. " Haa?? kenapa mesti aku ?" umpat Ms.D. Ia tak menyangka klo hal ini bisa terjadi. Menjadi sekretaris? Oh tidak ! Ms.D jelas menolak. Muka mendadak muram. Tak secerah ketika rapat dimulai. Ia kesal bukan main. Bagaimana mungkin dia bisa bekerjasama dengan ketua pelaksana yang sempet menorehkan catatan buruk dalam dunia kuliahnya.
"Gak ! yang lain aja ! sii Pebri kan bisa" elak Ms.D. Ia sebisa mungkin mengontrol emosinya. Ia tidak boleh terlihat terlalu membenci keputusan itu.
" Gantian Donk, yang lain kan banyak ? Gag.. Aku gg mau !" Ms.D bersikeras menolak menjadi sekretaris yang mengharuskan dia untuk menjalin komunikasi dengan orang yang sempet membuatnya frustasi.
"Ah.. yang benar saja" kata Ms.D serius. Ini buka masalah posisi dia sebagai sekretaris tapi masalahnya adalah dengan siapa dia harus bekerjasama. Tiba-tiba bayangan kekecewaannya terhadap 3 temannya kembali teringat. Yang salah satu oknumnya adalah ketua pelaksana yang akan bekerjasama dengannya. Kecewa, karena mereka yang hampir saja membuat kampusnya dipindahkan ke kota yang terpencil. Kecewa ! Dan bentuk kekecewaan Ms.D adalah dengan tidak ingin bertemu apalagi bekerjasama dengan orang-orang yang telah membuatnya marah.
"Jangan aku ! pliss" kali ini Ms.D melunakkan suaranya. Ia menatap sang pemimpin rapat. Berharap pemimpin rapat segera mengganti dirinya agar tidak menjadi sekertaris. Tapi sia-sia. Forum telah setuju dengan hasil rapat ia menjadi sekertaris. Dan tinggal Ms.D diam, lunglai, dan dengan berat menerima posisi itu.
Entah kenapa, Ms.D merasa berat untuk kembali menjalin komikasi dengan temannya itu. Padahal mereka sekelas. Setiap hari harus bertemu. Perasaan geram akibat tingkahnya masih membara. Melupakan kejadian yang telah berlalu itu sulit. Hati bukan seperti papan tulis yang bisa dihapus kapan penuh. "Maaf" kata apa lagi ini ? Jika semuanya akan hilang dengan empat huruf MAAF, maka damai lagh dunia. Polisi akan duduk manis karena tak ada kerjaan.
Ms.D berusaha berpikir positif. Walau bagaimanapun, kerjaan ini melibatkan banyak pihak. Ia tak ingin bertindak seperti anak-anak yang ngambek dan menghilang apalagi mundur sebagai sekertaris. Ia tak ingin musuhnya semakin tertawa melihat ketidakberdayaannya dan bersembunyi di balik kata NGAMBEK. "Aku harus profesional. toh, ini masalahku dengan dia. Aku gag mau bikin orang lain rugi karena tingkahku" pikir Ms.D
di lain pihak. Mungkin EGOnya sedang berkobar-kobar. Ia bertekad tak ingin mulai percakapan duluan. Namun, Ia kembali disadarkan. Bahwa memulai bicara lebih dulu itu bukan yang buruk. Mulai menjalin komunikasi duluan, itu bukan berarti kalah. Haa.. KALAH?!
Sudahlah..
Ms.D pulang berboncengan dengan K'FIRA yang kebetulan arah rumahnya sama. Ia berusaha menikmati perjalanan sore itu. Hujan mulai turun. Yup, hujan salah satu hiburan Ms.D. Tetesan lembut hujan merupakan relaksasi gratis yang Ia peroleh dari alam. Ia mendongakkan wajahnya. Ia merasakan tetesan hujan jatuh mengenai pori-pori wajahnya. Tenang, menyenangkan. Ms.D memejamkan matanya sejenak sebelum ia merasakan tetes-tesan hujan semakin besar seperti kerikil-kerikil yang jatuh dari langit. Dan kali ini bukan menenangkan apalagi menyenangkan. Tapi menyakitkan. Tetesan hujan itu mulai tidak bersahabat.
"Kau menyakitiku hujan ! jangan Marah. Aku tidak marah padamu. Tapi aku marah dengan dia yang membuatku jengkel. Jangan kasar begini donk !"
Selanjutnya, Ms.D menyembunyikan wajahnya dibalik punggung K'Fira. Takud terjadi hal yang lebih ganas lagi dengan hujan.
Dan Ms.D kembali stress..
-postingan yang aneh!-
1 comment:
kagak ade greget2 nya monoton alias basi,,,
Post a Comment