18 November 2011
Telur Penyu
Seminggu yang lalu saat saya bimbingan skripsi ke Tanjung Pinang, saya ditawari TELUR PENYU oleh teman saya. Awalnya agak aneh, apa lagi setelah mendengar deskripsi tentang telur penyu itu sendiri. Alhasil saya benar-benar penasaran dengan telurnya. Untuk percobaan awal saya beli 3 butir. Niat membeli sempat urung. Karena saya tau, Penyu adalah hewan yang dilindungi. Populasinya kian hari kian menurut akibat perburuan liar. Salah satu penyebabnya karena telurnya dikonsumsi secara brutal oleh manusia. Hingga para penyu tak lagi dapat berkembang biak. Tapi rasa penasaran saya jauh lebih besar dibanding pelestarian populasi penyu. Kali ini saja ! janji saya dalam hati.
Sesampai dirumah, saya tak tahan rasanya ingin segera merasakan telur penyu itu. Apa lagi teman saya mengatakan, bahwa ia sanggup menghabiskan 100 butir telur hanya untuk dia sendiri karena sangat amat menyukai telur ini. Lidah saya makin tak sabar. Setelah direbus dengan air garam, sesuai dengan anjuran teman saya. telur tetap lembek dan putihnya tetap berlendir. Walau kuningnya sudah agak mengeras. Padahal merebusnya sudah sangaaatt lama. Mungkin tipe telur yang lembut, telur penyu ini. Sangat hati-hati saya mengupasnya. Ternyata tak bisa dikupas. Harus disobek bagian cangkang telurnya yang lunak itu. Saat masuk kedalam mulut saya, perut mulai bergejolak. Mual memenuhi kerongkongan dan perut saya. Amis luar biasa, Rasanya aneh tak dapat digambarkan. Saya hanya mencicipi seujung sendok kecil. Saya benar-benar tak mampu menelannya. Cukup ! ini yang pertama dan terakhir untuk saya mencicipi telur ini. Selain menjaga Pupulasinya, lidah saya tak tak sanggup menelannya.
Akhir kalimat, TELUR PENYU tidak untuk dikonsumsi !
Setidaknya, menurut saya. :D
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment