11 November 2011

Proses

Tepat 10 november ini saya menginjak tahun ketiga dalam berhijab. Dinamika pasang surut iman kerap menghampiri. Kadang saya ingin menjalankan semua perintahNya dengan baik. Tapi lebih seringnya saya lalai mengingatNya. Ditambah lagi sedikitnya berkumpul dengan orang-orang yang saling mengingatkan. Gejolak kampus dengan berbagai ornamen indah “remaja tua” kerap menghampiri. Walau berpakaian akhwat, namun saya merasa tingkah masih sama saja dengan mereka yang tak berhijab. Inilah proses.

Setelah memutuskan untuk berhijab. Bukan langsung saya menjadi alim dan menyamai istri-istri rasul yang saat datang kewajiban hijab langsung menyambar semua kain yang didekatnya untuk menutupi aurat. Bukan pulak seperti Khadijah saat mengetahui suaminya adalah seorang Rasul langsung menyatakan keimanannya dan mempercayai suaminya itu. Bukan keimanan luar biasa seperti itu yang saya miliki saat memahami kewajiban hijab. Lebih tepatnya tarafnya masiiiiiih jauh mencapai seperti mereka. Saya masih sering terlena dengan hasrat “remaja tua” yang saya miliki. Masih sering merindukan berkumpul dengan teman-teman lama saya semasa sekolah. Pernah ingin berpakaian “lebih modis” mengikuti mereka yang tak paham aurat. Dan tentu saja berbagai hal negative pernah bersarang diotak saya. Saya tak memungkirinya, bahwa pemikiran itu datang ketika saya sudah berlabel Akhwat.
Godaan dahsyat kerap menghampiri. Bahkan menurut saya, kadang saya sendiri yang menarik godaan itu agar menghampiri saya yang akhirnya membuat saya terlena dan tak ingin lepas dengan godaan yang saya pasang sendiri itu. Inilah Proses.

Namun saya bersyukur. Saya memilki lingkungan yang siap menyentil saya saat saya bandel. Lingkungan yang mengajarkan banyak hal untuk saya. Walau saya akui tak semua hal yang saya dapatkan dari lingkungan itu menyenangkan. Kesedihan sering juga saya dapatkan. Tapi inilah lingkungan yang saya diami saat ini. Saya yakin, mereka pun masih dalam rangka proses perbaikan diri. bukan pulak manusia-manusia sempurna tanpa cela. Sering saya melihat ‘cela’ mereka yang kemudian membuat saya berpikir. Mereka pun punya hasrat yang sedang mereka upayakan pengendaliannya. Dari mereka saya belajar. Jika saya tersakiti oleh ‘cela’ mereka. lalu mengapa saya masih melakukan ‘cela’ yang sama ? itulah awal mula tekad saya. Cela atau sesuatu buruk nan manusiawi yang mereka miliki itu menyakiti hati saya. Dan sudah seharusnya saya tak melakukan ‘cela’ yang sama. Walau hasrat itu ada. Itulah Proses.

Pelan-pelan saya mulai melakukan PEMAKSAAN terhadap diri saya. Jika selama ini pemaksaan itu menyebalkan. Saya mulai berpikir lain. Pemaksaan itu awal mula PROSES berjalan. Saya memaksakan diri untuk mencintai Al-qur’an dengan menyentuhnya sesering mungkin. Memaksakan diri dengan hapalan yang sangat saya benci hingga membuat saya harus rela di ‘iqob’ berkali-kali. Memaksakan diri untuk terbiasa sepi walau saya rindu bising. Memaksa mengalihkan hasrat hati menuju hal-hal yang diridhoi.
Ini pemaksaan yang sedang saya upayakan menjadi pembiasaan. Walau saya masih jauh ketinggalan. Tapi saya tetap semangat. Inilah proses yang sedang saya jalani. Proses agar 3 tahun perjalanan hijab saya. Bukan hanya menjadi ornament resmi akhwat. Tapi jiwa saya pun telah menjadi sebenar-benarnya akhwat. Aamiin.

Mengutip salah satu paragraph dalam buku ust. Rahmat Abdullah “ tidak serta merta rasa beban berat dalam beramal berubah menjadi kesukaan. Kata kuncinya terletak pada : PEMAKSAAN, PEMBIASAAN DAN (AKHIRNYA MENJADI) IRAMA HIDUP.

Jadi bahagialah terhadap setiap pemaksaan yang di ridhoiNya.
Berbahagialah yang masih diberi kesempatan merasakan proses panjang mengenalNya.
Karena Allah melihat proses, Bukan Hasil.

QS At-Taubah : 105
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

No comments: