Sejujurnya saya sangat cemas dengan skripsi saya. menjelang 2 bulan tenggang waktu, kesulitan-kesulitan makin gemar menghampiri. Bukan hanya dari factor diri sendiri, namun juga dari faktor luar yang sangaaaaatt berpengaruh. Saya berusaha membedah permasalahan yang saya hadapi untuk skripsi saya. duh, menyebutnya aja sudah membuat perut saya mules, jantung berdebar-debar, dan lemes seketika. Bukan melebay, ini asli saya rasakan.
1. dosen pembimbing yang sangaaattt jauh. Kami terpisah pulau. Belum lagi sulit sekali menghubungi via telp maupun email. Kata wali akademik saya “ turuti saja alur dosen pembimbing. Jika beliau tidak mau menggunakan email, jelas kalian harus tatap muka”. Baru merasa sulit sekali kuliah terpisah dari kampus induk.
2. data yang dijanjikan mudah untuk didapatkan, ternyata menemui kendala. Perusahaan mempunyai sejuta kesibukan. Jika tak diingatkan mungkin data yang kita perlukan bisa wassalam alias tidak diperoleh. Mesti rajin mendatangi perusahaan dan menghubungi berkali-kali.
3. sulitnya memperoleh referensi. Walau bagaimanapun referensi pendahulu merupakan faktor penunjang yang ruaaaarr biasa bermanfaat. Belum lagi buku akuntansi yang dimiliki hanya fotocopy’an.
4. tidak pernah bertemu waktu yang tepat. Niatnya mengerjakan malam, eehh tiba-tiba baru baca selembar atau ngetik beberapa kata LANGSUNG NGANTUK, trus TIDUR. Niat ngerjain siang hari, sambil ngemil tapi apalah daya. Celsy sibuk mondar-mandir main dikamar. Alhasil aku shut down laptop dan main bersama celsy. Sungguh sulit sekali berinteraksi dengan skripsi ini. Saya benar-benar tak mampu menahan segala godaan.
Sekarang saya Cuma termenung. menatap folder yang bernama “PROYEK MASA DEPAN CERAH” berisikan skripsi yang baru sampai BAB III.
17 January 2012
16 January 2012
Gak Semua Hal dapat dirasakan
Bersyukur memiliki banyak hal yang tak didapat orang lain.
Bersyukur masih memiliki jiwa yang mampu mengucap syukur.
Walau masih saja menuntut banyak hal.
karena tidak semua hal bisa kita rasakan.
-disebuah sudut segi empat, tempat saya berbaring, 10:29-
Bersyukur masih memiliki jiwa yang mampu mengucap syukur.
Walau masih saja menuntut banyak hal.
karena tidak semua hal bisa kita rasakan.
-disebuah sudut segi empat, tempat saya berbaring, 10:29-
08 January 2012
Awal 2012
Kalender yang saya gunakan adalah masehi, tanggal lahir beserta tahun pun tertulis dengan tanggal masehi. Tak salah jika dalam kehidupan sehari-hari saya lebih akrab dengan kalender masehi dari pada hijriah. Menginjak 2 minggu kita memasuki tahun baru masehi. Kabar tak mengenakkan menghampiri saya.
Awal tahun ini, saya dikejutkan dengan berita kematian seorang teman yang dulu pernah berteman dekat dengan saya, Adam. Saya ingat betul, saat kami sibuk diam-diam mempersiapkan kejutan valentine ala Adam untuk siti (kala itu saya tak mengerti hukum merayakan valentine dalam islam), menonton pertandingan basket Adam yang tergabung dalam tim basket sekolah. Saat dia sengaja memercikkan keringatnya kemuka saya yang membuat saya sewot karena jijik, makan nasi goreng sepiring bertiga dengan Andi di BFC Nagoya Hill. Dan dia yang hobi memasak mie rebus dirumah saya saat itu. Sampai bahasa Indonesianya yang kadang terbalik. Rasanya pertemanan kami baru saja terjalin kemarin.
Hingga minggu pagi diawal 2012 saya mendapat berita bahwa Adam teman saya itu telah meninggal. Saya tidak percaya, hingga akhirnya siti mengatakan bahwa dia melihat sendiri jenazah Adam. Saat itu saya sedang menjadi tim sunduq untuk penggalangan dana Palestine. Saya tak dapat menahan tangis, bukan saja karena emosi bergejolak yang dimainkan oleh pengisi acara, namun juga karena kehilangan Adam.
Aaahh.
maut tak pernah dapat ditebak. Kapan akan menyambangi.
Terakhir bertemu dengan Adam, saat acara POMNAS. Dia menjadi salah satu tim Basket untuk KEPRI. Saat itu ia melawan tim Yogyakarta. Saya bersorak bertemu dengan Adam. Sedikit berjinggrak. Disampingnya ada seorang gadis Chinese. Saya yakin itu pacarnya. Ingin menyapa lebih dekat, tapi saat itu Adam sedang berbicara dengan Handphonenya. Saya tak bisa menunggu lama, saya pun segera meninggalkan Adam karena saat itu saya dengan bertugas menjadi L.O. itu pertemuan terakhir saya dengan Adam. Lengkap dengan pakaian basket, sepatu, dan rambut ala mohawknya. Kini saya benar-benar tak dapat melihat dia lagi.
Apapun caramu meninggalkan dunia ini, bagaimana pun masalah yang engkau hadapi. Kamu telah memilih, Dam. Memilih pergi dengan jalan yang tak patut dikenang.
Subscribe to:
Posts (Atom)