17 September 2013

Bahagia dan Sebait Duka

Rezeki memang tak pernah mampu ditakar manusia, ada yang ingin namun kerap kehilangan. Ada yang acuh, namun selalu berhasil mendapatkan. Kali ini kemurahan Alloh kembali aku temui melalui sosok sahabatku.

Aku mendapat berita bahagia, bahwa ia hamil 1 bulan dari masa 4 bulan pernikahannya. Sebagai sahabat yang dulu pernah menyaksikan kepolosannya dimasa ABG, kehamilan seperti sebuah percikan air yang dicipratkan tepat dimukaku.

Bahagia !
Dan tersadar bahwa kami sudah meninggalkan masa SMP dengan hitungan ribuan hari. Tak lagi anak-anak dengan segala kepolosan yang kami miliki. Bukan lagi remaja yang baru mengenal cinta. Kami sudah layak dikatakan dewasa kalau tidak mau dibilang tua.

Hampir saja kumeneteskan air mata. Rindu seketika menyeruak mendambakan pertemuan. Rasanya ingin sekali ak menemuinya detik itu juga saat aku mendengar berta kehamilannya.

Kemudian hanya chatting yang mampu aku lakukan.
perlahan ia mulai meluapkan kegembiraan atas kehamilannya. melalui kata-kata bahagia yang ia pilih untuk dikirimkan kepadaku. aku tau, ia sedang bahagia.

namun, sedetik kemudian ia mengabarkan. bahwa ada juga yang tumbuh seiring kehamilannya. MIOM.
Miomnya sebesar 4cm, sedangkan janinnya hanya sekitar 2cm. jika miomnya tumbuh mencapai 12cm, maka ia harus merelakan janinnya untuk diangkat. namun dokter kandungan tempat ia kontrol, selalu memberi semangat. jadi ditengah kekhawatirannya, ia masih percaya dengan saran dokter untuk mempertahankan kehamilannya.

sedetik yang lalu aku merasakan kegembiraan, namun beberapa saat kemudian kekhawatiran mulai muncul. perasaan sedih mulai menyelimuti. aku hanya mempu memberikan sugesti-sugesti positif. Bahwa jika Alloh telah berkehendak, maka tak ada yang tak mungkin. Termasuk tentang rezeki.

kembali aku diingatkan, bahwa bahagia, sedih itu hanya cara kita memandang. cara kita bersyukur dan cara kita berpikir positif pada Sang Pemberi Segala. karena atas skenario yang telah Alloh tetapkan atas kita, hanya DOA yang mampu menghalau, selebihnya kita hanya seorang pemain yang dituntut memerankan dengan baik.

Dalam kasus sahabatku ini, Aku yakin. Insyallah ia mampu melewati dengan baik.
Apapun takdir Alloh kelak.

”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al Baqarah : 286).

13 September 2013

Genggam Hati, Agar Mulut Tak Mengeluh

Pernahkah bercerita, berkeluh kesah kepada seseorang dan hasilnya kita merasa nihil ?
Kita tak mendapat jawaban yang memuaskan atau sekedar lapang perasaan didada ?

Saya kerap seperti itu.
Sudah panjang lebar bercerita, menumpahkan segala emosi dan hasilnya hanya "hmmm.." dan anggukkan tanda cerita sudah didengarkan, kemudian siap diakhiri.

Menjadi karyawan disebuah perusahaan yang tiap gerak-gerak kita ada dalam SOP, memang tantangan tersendiri sekaligus pembunuhan kreativitas. Bagaima tidak terbunuh kreativitas kita jika segala hal telah ditentukan dan harus sesuai dengan SOP. Tapi kembali lagi ke resiko pekerjaan. Masing-masing dari kita berhak memilih dan wajib menerima resikonya.

Berkeluh kesah tentang keadaan sulit yang menyesakkan, berkeluh dan mengkritik semua hal dalam setiap pekerjaan, berharap mendapat jatah dan porsi pekerjaan yang sama dengan rekan kerja, malah membuat hati semakin tersiksa.

Sudah saatnya bersyukur. Syukuri setiap detail proses yang pahit dan sulit diterima.
Syukur sgala nikmat, jika nikmat kerja tidak didapat. Minimal nikmat keluarga yang patut disyukuri. Atau nikmat hidup hingga kita masih berkesempatan untuk berbuat.

Karena, keluh kesah yang kita utarakan bisa jadi mereka pun merasakan.
Kekesalan dan amarah yang terpendam di hati, bisa jadi mereka dalam kondisi sama yang mungkin jauh lebih kronis.

Mari,
Genggam hati, kuasai diri.
Agar kita mampu mengeluh kepada sang Maha Pencipta, Alloh !

(Catatan untuk diri, agar menahan keluhan)

12 September 2013

Hello, Another Words From Me

Sebelum mulai meracau dengan kalimat kacau, ijinkan saya untuk menyapa diri saya ♥

Haaii diri, aku merindukan malam-malam panjang kita saat blogging,
Aku rindu jari yang cekatan menekan keyboard, mata fokus menatap layar laptop.
Otak berputar menulis untaian kata yang dirangkai menjadi kalimat lebay.

Rindu, saat tertawa terbahak membaca ulang postingan blog.
Rindu mengintip blog tetangga, sambil mengkerut kening kagum pada kalimat-kalimat yang tertulis.
Rindu, pada perasaan cemburu pada blogger yang aktif  menulis walau sebait kalimat.

Sekarang, diri ini kian pelit berbagi cerita.
Bersembunyi di balik kata "lelah" dan "kerja"
Padahal, untuk berduaan dg mu wahai blog,
Ak hanya butuh beberapa ratus menit.
Dan pertemuan kita akan selesai,
Akan aku akhiri dengan kalimat-kalimat yang kadang  tak kupahami sendiri.

Maaf, aku sering tak setia.
Semangat untuk menyentuhmu dan berduaan dengan mu menurun drastis.

Mari, kita perbaiki lagi hubungan kita.
Mulai kembali dari awal.
Tahap dimana kita saling mempercayai dan butuh satu sama lain.
Masa dimana aku hanya ingin bercerita denganmu, wahai blog.
Bukan dengan yang lain.
Bukan dengan jenis manusia yang kerap membuatku lupa hadirmu, blogku ♥